Sabtu, 21 Februari 2009

keagamaan

Sejarah Hidup Muhammad

oleh Muhammad Husain Haekal

                   
 
Terasing  seorang diri, ia pergi ke Ta'if,2 dengan tiada orang
yang mengetahuinya. Ia pergi ingin  mendapatkan  dukungan  dan
suaka  dari  Thaqif  terhadap  masyarakatnya  sendiri,  dengan
harapan merekapun akan dapat menerima Islam.  Tetapi  ternyata
mereka  juga  menolaknya  secara  kejam sekali. Kalaupun sudah
begitu, ia masih  mengharapkan  mereka  jangan  memberitahukan
kedatangannya minta pertolongan itu, supaya jangan ia disoraki
oleh masyarakatnya sendiri. Tetapi permintaannya itupun  tidak
didengar.  Bahkan  mereka  menghasut  orang-orang  pandir agar
bersorak-sorai dan memakinya.
 
Ia  pergi  lagi  dari  sana,  berlindung  pada  sebuah   kebun
kepunyaan  'Utba dan Syaiba anak-anak Rabi'a. Orang-orang yang
pandir itu kembali pulang. Ia  lalu  duduk  di  bawah  naungan
pohon    anggur.    Ketika    itu   keluarga   Rabi'a   sedang
memperhatikannya dan melihat pula kemalangan yang dideritanya.
Sesudah agak reda, ia mengangkat kepala menengadah ke atas, ia
hanyut dalam suatu  doa  yang  berisi  pengaduan  yang  sangat
mengharukan:
 
"Allahumma   yang   Allah,   kepadaMu   juga   aku  mengadukan
kelemahanku, kurangnya kemampuanku serta  kehinaan  diriku  di
hadapan  manusia.  O  Tuhan  Maha  Pengasih,  Maha  Penyayang.
Engkaulah yang melindungi si lemah, dan Engkaulah Pelindungku.
Kepada  siapa  hendak  Kauserahkan  daku?  Kepada  orang  yang
jauhkah yang berwajah muram kepadaku, atau kepada  musuh  yang
akan  menguasai  diriku?  Asalkan Engkau tidak murka kepadaku,
aku  tidak  peduli,  sebab  sungguh   luas   kenikmatan   yang
Kaulimpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada Nur Wajah-Mu yang
menyinari kegelapan, dan karenanya  membawakan  kebaikan  bagi
dunia dan akhirat - daripada kemurkaanMu yang akan Kautimpakan
kepadaku.  Engkaulah  yang  berhak  menegur  hingga   berkenan
pada-Mu. Dan tiada daya upaya selain dengan Engkau juga."3
 
Dalam  memperhatikan  keadaan itu hati kedua orang anak Rabi'a
itu merasa tersentak. Mereka merasa iba  dan  kasihan  melihat
nasib   buruk  yang  dialaminya  itu.  Budak  mereka,  seorang
beragama Nasrani bernama 'Addas, diutus  kepadanya  membawakan
buah  anggur  dari kebun itu. Sambil meletakkan tangan di atas
buah-buahan itu Muhammad berkata: "Bismillah!" Lalu  buah  itu
dimakannya.
Saat  itu  'Addas  lalu  membungkuk mencium kepala, tangan dan
kaki Muhammad. Sudah tentu kejadian ini menimbulkan  keheranan
keluarga  Rabi'a  yang  melihatnya.  Sungguhpun  begitu mereka
tidak sampai akan meninggalkan kepercayaan mereka. Dan tatkala
'Addas sudah kembali mereka berkata:
 
"'Addas, jangan sampai orang itu memalingkan kau dari agamamu,
yang masih lebih baik daripada agamanya."
 
Gangguan orang  yang  pernah  dialami  Muhammad  seolah  dapat
meringankan   perbuatan   buruk  yang  dilakukan  Thaqif  itu,
meskipun mereka tetap kaku tidak mau mengikutinya. Keadaan itu
sudah  diketahui  pula  oleh  Quraisy sehingga gangguan mereka
kepada Muhammad  makin  menjadi-jadi.  Tetapi  hal  ini  tidak
mengurangi  kemauan Muhammad menyampaikan dakwah Islam. Kepada
kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah, itu ia  memperkenalkan
diri,     mengajak    mereka    mengenal    arti    kebenaran.
Diberitahukannya kepada mereka,  bahwa  ia  adalah  Nabi  yang
diutus, dan dimintanya mereka mempercayainya.
 
Namun    sungguhpun   begitu,   Abu   Lahab   pamannya   tidak
membiarkannya,  bahkan  dibuntutinya   ke   mana   ia   pergi.
Dihasutnya orang supaya jangan mau mendengarkan.
 
Muhammad  sendiri tidak cukup hanya memperkenalkan diri kepada
kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah di Mekah  saja,  bahkan
ia  mendatangi  Banu  Kinda4 ke rumah-rumah mereka, mendatangi
Banu Kalb,5 juga ke rumah-rumah mereka, Banu Hanifa6 dan  Banu
'Amir bin Sha'sha'a.7 Tapi tak seorangpun dari mereka yang mau
mendengarkan. Banu Hanifa  bahkan  menolak  dengan  cara  yang
buruk  sekali.  Sedang Banu 'Amir menunjukkan ambisinya, bahwa
kalau Muhammad mendapat kemenangan, maka sebagai penggantinya,
segala  persoalan  nanti harus berada di tangan mereka. Tetapi
setelah dijawab, bahwa masalah itu  berada  di  tangan  Tuhan,
merekapun  lalu  membuang  muka  dan  menolaknya  seperti yang
lain-lain.
 
Adakah  kegigihan  kabilah-kabilah  yang  mengadakan   oposisi
terhadap  Muhammad  itu  karena  sebab-sebab yang sama seperti
yang dilakukan oleh Quraisy? Kita sudah  melihat,  bahwa  Banu
'Amir  ini  mempunyai  ambisi  ingin  memegang  kekuasaan bila
bersama-sama mereka nanti ia mendapat  kemenangan.  Sebaliknya
kabilah  Thaqif  pandangannya  lain  lagi.  Ta'if  di  samping
sebagai tempat musim panas bagi penduduk Mekah karena udaranya
yang  sejuk dan buah anggurnya yang manis-manis, juga kota ini
merupakan pusat tempat penyembahan Lat. Ke  tempat  itu  orang
berziarah  dan  menyembah  berhala.  Kalau  Thaqif  ini sampai
menjadi pengikut Muhammad, maka  kedudukan  Lat  akan  hilang.
Permusuhan  mereka  dengan  Quraisypun akan timbul, yang sudah
tentu akibatnya akan  mempengaruhi  perekonomian  mereka  pada
musim  dingin.  Begitu  juga  halnya  dengan yang lain, setiap
kabilah  mempunyai  penyakit  sendiri  yang  disebabkan   oleh
keadaan  perekonomian  setempat.  Dalam  menentang  Islam itu,
pengaruh ini lebih besar  terhadap  mereka  daripada  pengaruh
kepercayaan   mereka   dan  kepercayaan  nenek-moyang  mereka,
termasuk penyembahan berhala-berhala.
 
Makin  besar  oposisi  yang  dilakukan  kabilah-kabilah   itu,
Muhammad  makin  mau  menyendiri.  Makin  gigih  pihak Quraisy
melakukan gangguan kepada sahabat-sahabatnya,  makin  pula  ia
merasakan pedihnya.
 
Masa  berkabung  terhadap  Khadijah itupun sudah pula berlalu.
Terpikir olehnya akan  beristeri,  kalau-kalau  isterinya  itu
kelak akan dapat juga menghiburnya, dapat mengobati luka dalam
hatinya, seperti dilakukan Khadijah dulu. Tetapi dalam hal ini
ia   melihat   pertaliannya   dengan  orang-orang  Islam  yang
mula-mula itu harus makin dekat dan perlu dipererat lagi.  Itu
sebabnya  ia  segera  melamar  puteri  Abu  Bakr, Aisyah. Oleh
karena waktu itu ia masih gadis kecil yang baru berusia  tujuh
tahun,  maka  yang sudah dilangsungkan baru akad nikah, sedang
perkawinan berlangsung  dua  tahun  kemudian,  ketika  usianya
mencapai sembilan tahun.
 
Sementara  itu  ia kawin pula dengan Sauda, seorang janda yang
suaminya  pernah  ikut  mengungsi  ke  Abisinia  dan  kemudian
meninggal  setelah kembali ke Mekah. Saya rasa pembacapun akan
dapat  menangkap  arti  kedua  ikatan  ini.   Arti   pertalian
perkawinan dan semenda yang dilakukan oleh Muhammad itu, nanti
akan lebih jelas.
 
Pada masa itulah Isra' dan Mi'raj terjadi. Malam itu  Muhammad
sedang  berada  di  rumah saudara sepupunya, Hindun puteri Abu
Talib yang mendapat  nama  panggilan ummi hani.

Hikmah dari Isra' Mi'raj,

by hendra Email, 1395 words, 2206 views

Hikmah dari isra mi raj

Beberapa pekan yang lalu, kita melewati sebuah peristiwa sejarah yang sangat monumental. Momentum sejarah tersebut adalah peristiwa yang terjadi sekitar 14 abad Hijriyah yang lalu, yaitu peristiwa Isra' Mi'raj. Pada saat itu Nabi Muhammad SAW diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Al-Quds, lalu dilanjutkan dengan menembus lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu semua makhluq, malaikat, manusia, dan jin. Semua itu ditempuh dalam sehari semalam. Peristiwa itu sekaligus sebagai mukjizat mengagumkan yang diterima Rasulullah SAW.


Sebenarnya, sebelum peristiwa itu terjadi, orang-orang kafir Quraisy pernah meminta kepada Rasulullah untuk menunjukkan hal-hal yang aneh, karena mereka tidak percaya kalau Muhammad SAW itu adalah nabi. Permintaan-permintaan itu mereka lontarkan untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar seorang Nabi. Hal ini direkam oleh Allah dalam Al Qur'an sebagai berikut:

Kalau kita jabarkan dari ayat di atas, mereka meminta hal-hal di bawah ini kepada Rasulullah:

  1. Mereka meminta untuk memancarkan mata air dari bumi.
  2. Mereka juga meminta sebuah kebun kurma dan anggur, dengan air mengalir di bawahnya. Padahal di sekitar situ sebagian besar padang pasir.
  3. Mereka meminta untuk menjatuhkan langit.
  4. Mereka juga meminta menghadirkan Allah beserta malaikat-malaikatnya untuk dihadapkan kepada mereka. Sungguh suatu permintaan yang lancang.
  5. Mereka juga meminta sebuah rumah dari emas.
  6. Yang terakhir, mereka meminta Nabi untuk naik ke langit tanpa membawa buku, lalu harus kembali dengan membawa sebuah buku (kitab) untuk mereka baca.

Permintaan mereka itu betul-betul "kebangetan". Tetapi Rasulullah SAW menjawabnya dengan bijaksana, "Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?" (QS. Bani Israil: 93). Allah Yang Maha Suci tentu Maha Kuasa untuk melakukan semua itu, tetapi Rasulullah mengatakan bahwa dirinya hanyalah seorang manusia biasa yang diangkat menjadi seorang Rasul, sehingga tidak mungkin melakukan semua itu.

Kita bisa ambil pelajaran dari dari hal di atas. Mungkin sampai zaman kapan pun, kebenaran (baca: Islam) akan menghadapi hal-hal seperti itu. Orang yang membawa kebenaran akan selalu menghadapi permintaan-permintaan yang diluar kemampuan. Dan permintaan tersebut kebanyakan hanya sebagai "olok-olok". Karena, kalaupun kita bisa memenuhi permintaan itu, mereka kebanyakan tetap tidak akan mendengar Islam ini. Hanya sedikit yang mau mendengarnya. Sebagaimana halnya Rasulullah setelah mengalami peristiwa Isra' Mi'raj, tidak banyak yang mempercayai perjalanannya tersebut, bahkan ada yang mengatakan Nabi gila walaupun Nabi sudah memberikan bukti-bukti atas apa yang telah dia alami (Isra' Mi'raj).

Peringatan Isra' Mi'raj sebagai motivasi

Kalau kita baca sejarah kehidupan Rasulullah SAW (Sirah Nabawiyah), sebelum peristiwa itu terjadi, Rasulullah mengalami keadaan duka cita yang sangat mendalam. Beliau ditinggal oleh istrinya tercinta, Khadijah, yang setia menemani dan menghiburnya dikala orang lain masih mencemoohnya. Lalu beliau juga ditinggal oleh pamannya sendiri, Abu Thalib, yang (walaupun kafir) tetapi dia sangat melindungi aktivitas Nabi. Sehingga orang-orang kafir Quraisy semakin leluasa untuk melancarkan penyiksaannya kepada Nabi, sampai-sampai orang awam Quraisy pun berani melemparkan kotoran ke atas kepala Rasulullah SAW.

Dalam keadaan yang duka cita dan penuh dengan rintangan yang sangat berat itu, menambah perasaan Rasullah semakin berat dalam mengemban risalah Ilahi. Lalu Allah "menghibur" Nabi dengan memperjalankan beliau, sampai kepada langit dan menemui Allah. Hingga kini, peristiwa ini seringkali diperingati oleh sebagian besar kaum muslimin dalam peringatan Isra' Mi'raj. Pada dasarnya peringatan tersebut hanyalah untuk memotivasi dan penyemangat, bukan dalam rangka beribadah (ibadah dalam artian ibadah ritual khusus). Namun peringatan tersebut juga terdapat beberapa catatan. Apa saja itu? Mari kita ikuti beberapa hal di bawah ini.

Dalam Al Qur'an, dari sekian ribu ayat di dalamnya, hanya ada 4 ayat yang menjelaskan tentang Isra' Mi'raj, yaitu QS. Bani Israil ayat 1, dan QS. An Najm ayat 13 sampai 15. Maksudnya, kebesaran Islam itu bukan terletak pada peristiwa Isra' Mi'raj ini, tapi pada konsepnya, sistemnya, muatannya, dan sebagainya. Pada surat An Najm ayat 13-15 itu, menggambarkan bahwa Rasulullah menemui Jibril dalam bentuk aslinya di Sidratil Muntaha ketika Isra Mi'raj. Sebelumnya Rasulullah juga pernah menjumpai malaikat jibril dalam bentuk asli ketika menerima ayat pertama (QS. Al Alaq: 1-5) dari Allah SWT, yaitu ketika di gua Hira.

Dan di antara 25 nabi, hanya 2 Nabi yang yang pernah berbicara langsung kepada Allah, yaitu Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW. Bagaimana dengan Nabi Adam, bukankah beliau juga pernah berdialog dengan Allah? Ya, tapi Nabi Adam ketika itu masih di Surga. Setelah diturunkan ke bumi, tidak lagi berdialog secara langsung. Nabi Musa berdialog dengan Allah secara langsung yaitu ketika di bukit Tursina (di bumi), sedangkan Nabi Muhammad di Sidratil Muntaha (di langit). Tetapi (sekali lagi), kebesaran Islam bukan di situ letaknya, namun di konsepnya, di muatannya. Oleh karena itulah, peristiwa Isra' Mi'raj sendiri tidak perlu secara berlebihan diangkat-angkat. Peristiwa itu sendiri merupakan mukjizat imani, maksudnya adalah mukjizat yang hanya bisa diterima apabila kita beriman.

Meskipun hanya Nabi Muhammad yang telah diperjalankan pada malam harinya (Isra' Mi'raj), tapi dia tetaplah manusia biasa, hamba Allah. Hal ini perlu ditegaskan, karena dua umat sebelum Islam (Yahudi dan Kristen), telah terjebak men-Tuhankan nabinya.

Mengapa Masjidil Aqsa?

Ada beberapa pertanyaan mengenai peristiwa Isra' Mi'raj. Salah satunya, mengapa dalam peristiwa itu Rasul diperjalankan ke Masjidil Aqsa? Kenapa tidak langsung saja ke langit? Paling tidak ada beberapa hal hikmahnya, antara lain:

1. Bahwa Nabi Muhammad adalah satu-satunya Nabi dari golongan Ibrahim AS yang berasal dari Ismail AS, sedangkan Nabi lainnya adalah berasal dari Ishaq AS. Inilah yang menyebabkan Yahudi dan Kristen menolak Nabi Muhammad, karena mereka melihat asal usul keturunannya (nasab). Alasan mereka itu sangat tidak ilmiah, dan kalau memang benar, mereka berarti rasialis, karena melihat orang itu dari keturunannya. Hikmah lainnya adalah, bahwa Nabi Muhammad berda'wah di Makkah, sedangkan Nabi yang lain berda'wah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh Muhammad SAW sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan "golongan" Ibrahim dan merupakan sempalan. Bagi kita sebagai muslim, tidaklah melihat orang itu dari asal usulnya, tapi dari ajarannya.

2. Hikmah berikutnya adalah, Allah dengan segala ilmu-Nya mengetahui bahwa Masjidil Aqsa adalah akan menjadi sumber sengketa sepanjang zaman setelah itu. Mungkin Allah ingin menjadikan tempat ini sebagai "pembangkit" ruhul jihad kaum muslimin. Kadangkala, kalau tiada lawan itu semangat jihad kaum muslimin "melemah" karena terlena, dan dengan adanya sengketa tersebut, semangat jihad kaum muslimin terus terjaga dan terbina.

3. Berikutnya, Allah ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Nabi SAW. Pada Al Qur'an surat An Najm ayat 12, terdapat kata "Yaro" dalam bahasa Arab yang artinya "menyaksikan langsung". Berbeda dengan kata "Syahida", yang berarti menyaksikan tapi tidak musti secara langsung. Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya itu secara langsung, karena pada saat itu da'wah Nabi sedang pada masa sulit, penuh duka cita. Oleh karena itulah pada peristiwa tersebut Nabi Muhammad juga dipertemukan dengan Nabi-nabi sebelumnya, agar Muhammad SAW juga bisa melihat bahwa Nabi yang sebelumnya pun mengalami masa-masa sulit, sehingga Nabi SAW bertambah motivasi dan semangatnya. Hal ini juga merupakan pelajaran bagi kita yang mengaku sebagai da'i, bahwa dalam kesulitan da'wah itu bukan berarti Allah tidak mendengar.


Perintah Shalat

Pada Isra' Mi'raj, Allah memberikan perintah sholat wajib. Dan sholat Subuh adalah sholat yang pertama kali diperintahkan. Karena peristiwa Isra' Mi'raj sendiri terjadi pada saat malam hari. Subuhnya Rasulullah sudah tiba kembali di tempat semula. Mungkin ini juga hikmah bagi kita semua, karena sholat Subuh adalah sholat yang sulit untuk di laksanakan, di mana pada saat itu banyak manusia yang masih terlelap dalam tidurnya. Sebelum diperintahkannya sholat wajib 5 waktu ini, Rasulullah melaksanakan sholat sebagaimana Nabi Ibrahim.

Kita tidak hanya diperintahkan untuk mengerjakan sholat, tetapi juga menegakkan sholat. Sholat bukan segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dari sholat, demikian kata seorang ustadz.

Demikianlah beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa Isra' Mi'raj. Semoga semakin menambah keimanan kita kepada Allah, kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, para malaikat-Nya, Hari Akhir, serta Qadha dan Qadar-Nya

ISRA MI’RAJ DI DARUL FALLAH DAN JANJI ATUT
Oleh Jang RuDun

Selepas Ode Kampung yang dibuka oleh Pak RT, Kurnia Hidayat, 20 – 22 Juli 2007 dan Keranda Merah Putih, 15 – 26 Agustus 2007, yang dibuka oleh Gubernur Banten, Hj. Ratut Chosiyah, SE, para relawan Rumah Dunia berkegiatan di luar . Firman Venayaksa sebagai Pesiden Rumah Dunia mengikuti semiloka Program Penanggulan Kemiskinan Terpadu Kab. Serang 2007, Aji Setiakarya, Langlang Randhawa, dan Muhzen Den ke Magelang Aksaravaganza, serta Gola Gong dan Sodiq hadir di acara Isra Mi’raj yang diselenggarakan Pondok Pesantren Darul Fallah, Ciloang, 2 September lalu.

PELAJARAN
Kegiatan, kegiatan, dan kegiatan. Itu hal rutin yang terus bergulir di Rumah Dunia dari Senin – Minggu. Wisata Gambar, Lakon, dan Kelas Menulis Rumah Dunia angkatan kesepuluh menggelinding. Hari Minggu (2/9) lalu, Bonnie Triyana dari koran Jurnal Nasional Jakarta berkenan memberi materi tentang penulisan artikel sejarah. Bonnie mengingatkn, bahwa sejarah adalah sesuatu yang tercatat secara tretulis dan yang diucapkan. ”Kalau dalam fiksi, ada juga sejarah yang berdasarkan imajinasi. Itu sah-sah saja. Tapi, ada juga cerita fiksi yang berlatarkan sejarah sungguhan.”

Ya, kegiatan dan kegiatan. Tanpa kita sadarari itu adalah rangsangan untuk memacu otak kanan kita agar kreatif dan kritis. Di sekolah-sekolah formal, kadang kita terbelenggu oleh kurikulum dan guru yang kaku. Padahal ada pelajaran lain yang juga diajarkan oleh guru kehidupan, yaitu di jalanan. Seperti yang terjadi kepada para relawan Rumah Dunia sepanjang akhir Agustus dan awal September ini.

Firman mendapatkan pelajaran, bahwa kemiskinan janganlah dijadikan komoditi yang ujung-ujungnya diproyekkan. Aji, Langlang, dan Muhzen yang seminggu di Magelang Aksaravaganza; 1 – 5 September, bisa melihat Rumah Dunia dari luar. Dari catatan perjalanan mereka yang bisa kita baca di www.rumhdunia.net, tampak jelas kalau pelajaran kehidupan sangat mereka butuhkan. Mereka mendapatkan pengalaman baru, yaitu melakukan perjalanan malam dengan bus ekonomi, dimana supirnya ugal-ugalan. Mereka dikejutkan oleh pengalaman berharga, bahwa menilai seseorang itu jangan dari kulitnya. Juga bagaimana respon masyarakat Magelang terhadap Rumah Dunia, sehingga mereka terlena dan ujung-ujungnya laptop Aji raib digondol maling! ”Bingung dan sedih saya. Itu laptop dapat nabung duitnya! Banyak filenya lagi!


Sumber:http//media.isnet/org/islam/haekal/Muhammad/piagam2.html.

Sumber:http://www.hdn.or.id//index.php.artikel/2008/hikmah-dari-isra-mi-raj

Sumber:http://rumahdunia.net.wmview,php?artid=1063

by : nurhalimah




Tidak ada komentar:

Posting Komentar